Senin, 25 Maret 2013

Menelusuri Weltevreden (Harmoni)

loading...



Daerah Weltevreden adalah dari pengembangan kota Batavia, kalau kondisi sekarang mulai dari daerahj sekitar jalan Gajah Mada& Hayam Wuruk, Harmoni, Tanah Abang belok ke timur ,Monas, Gambir, Senin lalu ke ke utara Gunung Sahari balik ke barat  lagi  Lapangan Banteng, Pasar Baru dan kembali lagi ke Harmoni

VOC

Sejarah Weltevreden saya ambil dari wikipedia , situs jakarta dan catatan Dr Dirk D. Teeuwen.  Secara garis besar sejarah Weltevrden di bagi dua periode yaiu VOC dan Pemerintah Hindia Belanda. 
Bermula pada tahun 1648 VOC memberikan tanah kepada Anthonij Paviljoun  (berarti 46 tahun setelah berdirinya VOC). Tanah ini pertama kali digunakan untuk peternakan dan pertanian.Kemudian kepemilikan beralih kepada Cornelis Chastelein pada tahun 1693 dan Cornelis mengunakan tanah ini untuk perkebunan kopi dan memberi nama Weltevreden yang berarti suasana puas dan tenang. Kepemilikan tanah kembali berpindah ke Justinus Vinck pada tahun 1733.Justinus membuka dua pasar di Weltevreden yaitu pasar Tanah Abang dan pasar Senin dan dia juga membuat jalan yang menghubungkan kedua pasar tersebut ( sekarang bernama jalan Prapatan dan Kebon Sirih). Tahun 1749 kepemilikan Weltevrden beralih ke Jacob Mossel  Gubernur Jendral VOC ke 28. Mossel membangun rumah mewah di dekat sungai Ciliwung yang bernama lendhuis Weltevreden ( sekarang komplek RSPAD). Pada tahun 1767 Petrus Albertus van der Parra Gubernur Jendarl VOC ke 29 membeli Weltevreden dan kepemilikan terakhir adalah Gubernur Jendarl VOC 33 yang merupakan Gubernur Jendral VOC terakhir yaitu Pieter Gerardus van Overstraten pada tahun 1797. Selama perubahan status kepemilikan, di Weltevreden, banyak pemukiman baru yang berkembang akibat kondisi Batavia yang kurang sehat.



Seorang turis Amerika memuji kota Batavia yang 
dikatakan sangat bersih dan cantik pada tahun 1925


Hindia Belanda


Ada dua Gubernur Jendral  yang berpengaruh membangun kota batavia yaiyu Jan Pieterzoon Coen dan Herman Willem Daendels.
Jika Jan Pieterzoon Coen membangun kota Batavia lama  maka Herman Willem Daendels.  memindahkan pusat pemerintahan dari kota Batavia lama ke  Weltevreden pada tahun 1809 dan melakukan  pembangun antara lain istana yang disebut Het Groote Huis atau disebut juga Gouvernements Hôtel sekarang menjadi kantor Departemen Keuangan, gedung HarmonieSocieteit, pasar baru , lapangan Waterlooplein dsb. Bangunan peninggalan Daendels juga banyak ditemukan di Surabaya. Daendels lebih dikenal sebagai pembuat jalan dari Anyer ke Panarukan. Dibandingkankan dengan Jan Pieterzoon Coen pencitraan  Daendels lebih buruk walaupun sebenarnya keduannya sama buruk tapi karena sifat Daendels yang kasar sehingga mempunyai banyak musuh dikalangan orang Belanda sendiri sehingga dibuat pencitraan yang sangat negatif. Pada masa perpindahan pusat pemerintahan ke Weltevreden, Daendels banyak menghancurkan bangunan-bangunan di Kota lama Batavia. Gerbang Amsterdam merupakan salah satu bangunan yang lolos dari penghancuran.




Hotel De Provence(1829)/Roterdam(1851)/ Des Indes(1856)/ Duta(1960-1971)


  
Gerbang Hotel Des Indes, sekitar  tahun 1920
Belum ada lajur tram didepan Hotel.




Hotel De Provence/Roterdam/ Des Indes/Duta terletak di jalan Molentvielt west (sekarang Gajah Mada Hotel sudah dibongkar menjadi pusat pertokoan).Hotel ini merupakan Hotel terbesar di batavia dan bintang film Amerika jaman dulu John Wayne pernah menginap di Hotel des Indes.
Bermula pada tahun 1829, tanah dan bangunan bekas sekolah asrama putri yang terletak di Molenvielt West  dibeli   Antoine Surleon Chaulan (orang prancis) yang kemudian  mendirikan sebuah hotel bernama Hotel de Provence .Nama de Provence diambil dari daerah Perancis selatan kampung halaman  Chaulan . 


Gerbang Hotel Des indes  Molentvielt west 
sekitar tahun1920. Posisi Hotel ada disebelah kiri
jadi foto diambil dari arah Harmonie


Pada tahun 1845, Etienne Chaulan putra Antoine Surleon Chaulan  mengambil alih hotel. Pada tahun 1851 Hotel ini berganti nama menjadi Rotterdamsch Hotel di bawah manajemen Cornelis Denning Hoff. Hotel Rotterdamsch ini mempunyai manajemen yang buruk sehingga kurang disukai. Kemudian hotel tersebut dijual kepada orang Swiss yang menikah dengan keponakan perempuan dari Etienne Chaulan bernama François Auguste Emile Wijss pada tahun 1852.



 
Hotel Des Indes sekitar tahun 1940, sudah ada Lajur Tram


Pada 1 Mei 1856, Wijjs menamakan hotel ini sebagai Hotel des Indes atas usulan Douwes Dekker. Pada tahun 1860 Kepemilikan hotel berpindah kepada orang Perancis bernama Louis George Cressonnier. Pada tahun  1870  hotel ini dijual  kepada Theodoor Gallas, kemudian kembali pindah ke Jacob Lught tahun 1886. Pada masa Jacob Lught Hotel dipugar secara besar-besaran. Hotel des Indes dijadikan perseroan terbatas N.V.  pada tahun 1897.  Pada tahun 1903, hotel ini berada di bawah manajemen J.M. Gantvoort sebelum dikelola oleh Nieuwenhuys.

Tampak dalam Hotel Des Indes

Kemudian diambil alih oleh Pemerintah Indonesia tahun 1960 dan diberi nama Hotel Duta indonesia dan Hotel tersebut dibongkar pada tahun 1971.


Kemewahan ruang makan Hotel Des Indes



Bagian taman di dalam Hotel Des indes



Hotel Ernst(1880)/Wisse (1890)/ Hotel des Galeries (1920)/Hotel Melati(19??)


Informasi tentang hotel Wisse ini sangat sedikit, lain dengan Hotel Des Indes. Hotel Wisse (1860-1890) terletak di  simpang Molenvliet  (JI. Hayam Wuruk)  dan Noordwijk  (Jl Juanda ). Semula merupakan kompleks perkebunan swasta yang dibangun oleh Gubernur Jenderal VOC ke 29 Vander Parra. Nama Hotel  Ernst Nama hotel diambil dari nama pemilik, Ibu Ernst, hanya sampai tahun 1890, kemudian berubah menjadi Hotel Wisse. Bangunan hotel dibongkar pada tahun 1920, kemudian dibangun Hotel des Galeries yang sampai sekarang masih ada dengan nama Hotel Melati. Sekitar tahun 1930 hotel tersebut dibangun kembali dengan kerjasama antara Cuypers dan A.F. Dijkstaal. Hotel tersebut dirancang oleh EGH Cuypers, arsitek terkemuka di Hindia Belanda. Posisi bangunan berada di sudut pertemuan jalan penting ini memberikan kesempatan pada bangunan untuk menjadi tengaran lingkungan  mengeksplorasi potensi dinding bangunan yang kemudian menjadi bidang dekoratif.

Hotel Wisse tahun 1920


Hotel Des Galeries atau sekarang Hotel melati
Harmoni tahun 1960



Harmonie Societeit/Societeit Harmonie (1810-1985)


Keadaan di sekitar Pos Rijswijk tahun 1758 dilokasi ini 
kemudian dibangun gedung Harmoni. Karya
Jan van Schley (1715 - 1779), Dutch engraver.


Sarana tempat berkumpul atau bersosialisasi untuk orang-orang Belanda yang tinggal di Batavia, pertama kali dirintis oleh Gubernur Jendral VOC ke 31 Reinier de Klerk pada tahun 1776. Klerk mendirikan perkumpulan yang bernama Harmoni yang berlokasi di Buiten Nieuwpoortstraat / Jl Pintu Besar Utara. Perkumpulan tersebut berada dilokasi tersebut sampai tahun 1814. Perkumpulan tersebut pindah ke selatan seiring dengan perpindahan pusat pemerintahan ke Weltevreden.




Harmonie Societeit Batavia tahun 1890

Pembangunan gedung ini di Rijswijk dirintis oleh Daendels kemudian dilanjutkan ke Thomas Stamford Bingley Raffles. Berdasarkan catatan  Dirk Teeuwen gedung ini dapat menampung sekitar dua ribu undangan. Gedung ini merupakan gedung perkumpulan orang Eropa di Asia yang tertua sampai tahun 1985. Tempat pertemuan ini merupakan tempat adu gengsi antara orang Belanda umumnya mereka menggunakan pakaian-pakaian yang mahal.


Jembatan depan gedung Harmonie Societeit
yang menghubungkan Noordwijk,Molenvielt dan
Rijswijk tahun 1910

Gedung Harmonie Societeit masih banyak pohon 
didepan gedung tersebut


Bagian kiri adalah samping gedung Harmoni
Bagian kanan gambar ada toko yang bernama 
Oger Freres (1835) milik orang Prancis yang membuka usaha 
pakaian/fashion untuk kalangan atas.Pada tahun 1924
gedung tersebut direnovasi dan tahun 1932 sebuah Travel Agen 
mengambil alih toko Oger.



  
Rijswijkstraat jalan yang memisahkan gedung Harmonie 
dengan pertokoan disebelah kanan sudah dilengkapi dengan
lampu penerang jalan. 



Jalan Majapahit tahun 1905 sesuai  tanggal postcard yang 
dikirim oleh wisata dari Inggris yang baru tiba di batavia




Hotel Marine (1825-1890)/Eigen Hulp(1890-1929)/Postspaar bank(1897)/Chokin Kyoku(19420/ Bank Tabungan Pos(1949)/Bank Tabungan Negara(1950-sekarang)

Hotel Marine (1825-1890)
Terletak di ujung selatan Molenvliet West (Jl. Gajah Mada) di samping perkebunan Moenswijk, Sebelum menjadi hotel (awal 1830-an), tanah dimiliki Tiedeman (1815), Riemsdijk (1819), dan Stelling yang ketika membeli tanah ini sudah digunakan untuk hotel (1833). Pemilik hotel berikutnya Loust, Kramers, Bonnet, dan Girardeau. Hotel Marine sempat menjadi rumah burger societeit bernama De Club sebelum dibongkar kemudian diganti toko Eigen Hulp.



Marine Hotel tahun 1888

Departemen Store Eigen Hulp (1890-1929)

Toko Eigen Hulp Merupakan Departement Store yang juga berbentuk Badan usaha  koperasi pertama yang dibuka di Batavia pada tahun 1885 (Eigen berarti bersama Hulp membantu atau menolong) . Ada Toko sejenis lagi muncul tahun 1929 dengan nama Onderlinge Hulp artinya sama onderilinge atau bersama. Toko tersebut terletak di Noordwijk (Jl. Juanda). 

 Bagian kiri gambar di ujung kanal adalah toko 
Eigen Hulp yang masih satu lantai tahun 1902


Postspaar Bank(1897)/Bank Tabungan Negara(1963)

Postspaar Bank didirikan tahun 1897, pada tahun 1929 menempatkan gedung Eigen Hulp yang bubar. Tidak diketahui dimana kantor Postspaar bank berlokasi sebelumnya, saya belum menemukan tulisan mengenai hal tersebut. Post spaar bank didirikan untuk menghimpun dana dari masyarakat dan mengajak masyarakat agar dekat dengan bank, dengan gerakan mengajak masyarakat untuk menabung. gerakan ini cukup berhasil pada tahun 1931dapat menghimpun data masyarakat sekitar  Rp 54 juta ? banyak yang menyebut angkat tersebut. 1 Gulden Ned Indie awalnya sama dengan 1 rupiah.
  • 1897:Berdiri a Postspaar Bank
  • 1942-1945:Berubah nama menjadi Chokin Kyoku
  • 1950:Menjadi Bank Tabungan Pos
  • 1963:Menjadi Bank Tabungan Negara







Gedung Postspaar Bank sekitar tahun 1930, masih ada 
kubah di bagian atas. Tahun 1932? direnovasi 
sehingga kubah di atas hilang.




Buku tabungan dari Postspaar Bank
cukup sukses dalam menghimpun
dana dari masyarakat


Album kartu pos Weltevreden berosokan 10 kartu pos
tapi yang ditampilkan hanya 6 kartu pos karena keterbatasan tempat





Gambar posisi dari masing-masing gedung di Harmoni
Jakarta




DAFTAR GUBERNUR JENDRAL YANG BERKUASA DI INDONESIA
VOC (1602-1799)
HINDIA BELANDA(1800-1949)
  1. 1610–1614
  2. 1614–1615
  3. 1615–1619
  4. 1619–1623
  5. 1623–1627
  6. 1627–1629: 
  7. 1629–1632: 
  8. 1632–1636: 
  9. 1636–1645: 
  10. 1645–1650: 
  11. 1650–1653: 
  12. 1653–1678: 
  13. 1678–1681: 
  14. 1681–1684: 
  15. 1684–1691: 
  16. 1691–1704: 
  17. 1704–1709: 
  18. 1709–1713: 
  19. 1713–1718: 
  20. 1718–1725: 
  21. 1725–1729: 
  22. 1729–1732: 
  23. 1732–1735: 
  24. 1735–1737: 
  25. 1737–1741: 
  26. 1741–1743: 
  27. 1743–1750: 
  28. 1750–1761: 
  29. 1761–1775: 
  30. 1775–1777: 
  31. 1777–1780: 
  32. 1780–1796: 
  33. 1796–1801: 
  1.  Pieter Both
  2. Gerard Reynst
  3. Laurens Reael
  4. J Pieterszoon Coen
  5. P de Carpentier
  6. J Pieterszoon Coen
  7. Jacques Specx
  8. Hendrik Brouwer
  9. A van Diemen
  10. C van der Lijn
  11. Carel Reyniersz
  12. Joan Maetsuycker
  13. R van Goens
  14. C Speelman
  15. J Camphuys
  16. W van Outhoorn
  17. Joan van Hoorn
  18. A van Riebeeck
  19. C van Swol
  20. H.Zwaardecroon
  21. Mattheus de Haan
  22. Diederik Durven
  23. Dirk van Cloon
  24. Abraham Patras
  25. Adriaan Valckenier
  26. Johannes Thedens
  27. G. W van Imhoff
  28. Jacob Mossel
  29. P. A van der Parra
  30. J van Riemsdijk
  31. Reinier de Klerk
  32. W Arnold Alting
  33. P  van Overstraten
  1. 1801–1805: 
  2. 1805–1808: 
  3. 1808–1811: 
  4. 1811–1811: 
1811–1816:
Under British rule:
  1. 1811: 
  2. 1811–1816: 
  3. 1816: 

  1. 1816–1826: 
  2. 1826–1830:
  3. 1830-1833:
  4. 1833–1836: 
  5. 1836–1840: 
  6. 1840–1841: 
  7. 1841–1844: 
  8. 1844–1845: 
  9. 1845–1851: 
  10. 1851–1856: 
  11. 1856–1861: 
  12. 1861–1866: 
  13. 1866–1872: 
  14. 1872–1875: 
  15. 1875–1881: 
  16. 1881–1884: 
  17. 1884–1888: 
  18. 1888–1893: 
  19. 1893–1899: 
  20. 1899–1904: 
  21. 1904–1909: 
  22. 1909–1916: 
  23. 1916–1921: 
  24. 1921–1926: 
  25. 1926–1931: 
  26. 1931–1936: 
  27. 1936–1942: 
1942–1945:
Under Japanese control
  1. 1942–1948: 
  2. 1948–1949: 
  3. 1949
  1. Johannes Siberg
  2. A Henricus Wiese
  3. H Willem Daendels
  4. Jan Willem Janssens

 
  1. Gilbert Elliot-Murray
  2. Stamford Raffles
  3.  John Fendall, Jr.

  1. G van der Capellen
  2. L.Gisignies / H de Kock
  3. Graaf van den Bosch
  4. Jean Chrétien Baud
  5. Dominique J. de Eerens
  6. C S.W van Hogendorp
  7. Pieter Merkus
  8. J.C. Reijnst
  9. Jan Jacob Rochussen
  10. A Jacobus D van Twist
  11. C Ferdinand Pahud
  12. L  Jan  S van de Beele
  13. Pieter Mijer
  14. James Loudon
  15. Johan W van Lansberge
  16. Frederik s'Jacob
  17. Otto van Rees
  18. C Pijnacker Hordijk
  19. C Herman  van Wijck
  20. Willem Rooseboom
  21. Johannes B van Heutsz
  22. A W Frederik Idenburg
  23. J  Paul van L Stirum
  24. Dirk Fock
  25. A C Dirk de Graeff
  26. Bonifacius C de Jonge
  27. Tjarda van Starkenborgh Stachouwer
  

  1. Hubertus van Mook
  2. Louis Beel
  3. A.H.J. Lovink 



Senin, 04 Maret 2013

Barang Jadul Tiruan

loading...

Pada masa kini boleh dibilang banyak benda-benda dibuat tiruan atau palsu atau repro, tujuannya tentu ingin memperoleh keuntungan materi ada juga untuk kepentingan tertentu seperti membuat kacau suasana. Yang dimaksud  benda asli (saya hanya fokus pada hasil karya yang bisa dilihat dipegang atau berwujud) adalah benda yang dibuat dari produsen/perorangan yang berhak untuk memproduksi/pencipta benda tersebut.

Furnitur banyak ditiru karena untuk keperluan-keperlua tertentu seperti restoran atau hotel. Karya seni banyak dibuat tiruannya atau istilah lain repro. Peniruan disini ada yang bersifat legal ada ijinnya  dan ada juga yang ilegal dan fokus tulisan ini hanya  untuk benda-benda yang bersifat diproduksi masal.






Uang mungkin jenis barang yang banyak dipalsukan
Uang palsu ini saya beli khusus untuk menambah pengetahuan
saya. Uang palsu ini bukan baru tapi hasil pemalsuan jaman dulu. 
Kalau uang sekarang yang menggunakan tingkat keamanan yang
tinggi masih dapat dipalsukan, bagaimana uang jaman dulu,
dengan menggunakan teknologi masa kini tidak sukar memalsukan 
uang-uang jaman dulu.





Jam bola merk Omega buatan RRT tertulis Swit zerland
agak terpisah tulisannya dan penulisan yang agak bebrbeda dari biasanya 
 bukan tertulis Swiss seperti pada umumnya dan terdapat tahun 1882 tidak jelas
kenapa dipilih tahun 1882.Omega didirikan tahun 1849 dan
baru memulai produksi jam tangan secara massal sekitar tahun 1884.
Jam ini saya dapatkan di toko yang menjual barang-barang repro






Sepeda merek-merek terkenal seperti Gazelle banyak dipalsukan
sepeda lama di ketrik ulang diganti menjadi
merk terkenal. Sepeda gazelle palsu ini pemberian seorang teman 
diketahui palsu karena cara penulisan nomor seri berbeda dengan cara 
penulisan sepeda Gazelle pada umumnya.



Masih banyak lagi dan akan saya tambahkan terus.