loading...
Hari-hari yang dilalui dalam kehidupan ini perlu mempunyai suatu referensi agar hari yang satu dengan hari yang lain menjadi berbeda, untuk membedakanlah maka dibuatlah sistem kalender atau penanggalan. Sistem perhitungan penanggalan berdasarkan benda dilangit yaitu matahari dan bulan, atau disebut juga kalender solar, kalender lunar dan kalender lunisolar.
Kalender yang digunakan dalam masyarakat Internasional adalah kalender berdasarkan solar disebut juga kalender Gregorian, yang mengkoreksi hitungan kalender julian karena ternyata siklus musim bergeser terus. Untuk hitungan tahun yang digunakan adalah tahun Masehi karena awal patokan yaitu tahun nol dianggap sebagai tahun kelahir Jesus Kristus. Satu tahun ada 365 hari dan dibagi menjadi 12 bulan.Ada tahun kabisat dimana satu tahun menjadi 366 hari
Kalender yang menggunakan sistem lunar adalah kalender Hijriyah atau kalender Islam. awal bulan (month) dihitung berdasarkan penampakan bulan sabit pertama kali terlihat. Untuk hitungan tahun Hijriyah awal patokan yang digunakan adalah hijrahnya Nabi Mohammad dari Mekah ke Madinah. Satu tahun ada 354 hari dibagi menjadi 12 bulan.
Kelender Imlek atau kalender Tionghoa menggunakan sistem lunisolar,kombinasi dari perhitungan peredaran bulan dan peredaran matahari. Awal bulan (month) atau tanggal 1 berdasarkan penerbitan bulan (moon) muda akan muncul. Satu tahun ada 354 hari dibagi menjadi 12 bulan. Setiap 2 atau 3 tahun ada satu bulan tambahan.
Bulan tambahan tersebut ( disebut bulan Lun) diperlukan karena ada perbedaan jumlah hari antara perhitungan peredaran bulan dan peredaran matahari yaitu sebesar 11 hari. jika tidak dikoreksi maka awal tahun baru imlek akan bergeser terus sehingga perayan imlek sebagai perayaan datangnya musim semi tidak sesuai lagi. Karena itu perayaan imlek bergeser sekitar bulan januari dan Februari.
No
|
Bulan Masehi
|
Jumlah hari
|
Bulan Islam
|
Jumlah hari
|
Bulan Tionghoa
|
Jumlah hari
|
1
|
Januari
|
31
| Muharram |
30
|
Cia Gwee
|
30
|
2
| Februari | 28/29 | Safar |
29
|
Ji Gwee
|
29
|
3
| Maret |
31
| Rabiul awal |
30
|
Sa Gwee
|
30
|
4
| April | 30 | Rabiul akhir |
29
|
Si Gwee
|
30
|
5
| Mei |
31
| Jumadil awal |
30
|
Go Gwee
|
29
|
6
| Juni |
30
| Jumadil akhir |
29
|
Lak Gwee
|
30
|
7
| Juli |
31
| Rajab |
30
|
Cit Gwee
|
29
|
8
| Agustus |
31
| Sya'ban |
29
|
Pe Gwee
|
29
|
9
| September |
30
| Ramadhan |
30
|
Kauw Gwee
|
30
|
10
| Oktober |
31
| Syawal |
29
|
Cap Gwee
|
29
|
11
| November |
30
| Dzulkaidah |
30
|
Cap It Gwee
|
29
|
12
| Desember |
31
| Dzulhijjah |
29/(30)
|
Cap Ji Gwee
|
30
|
Lun ....
|
30
|
Jika kalender Julain atau Gregorian atau kelender Hijriyah bulan di bagi menjadi mingguan, maka kalender Tionghoa tidak mengenal mingguan, jadi tidak ada nama hari, untuk menyebut hari dipakai tanggal seperti tanggal satu atau tanggal 15.
Bagi masyarakat Barat warna merah menggambarkan hal
yang tidak menyenangkan, hal ini berbeda dengan masyarakat
Tionghoa warna merah adalah warna yang memberi
keberuntungan biasanya dikombinasi dengan warna mas
yang memberi arti kemakmuran, mungkin semua masyarakat
mempunyai arti yang sama.
Perayaan Imlek di Indonesia pernah mengalamai masa-masa suram, selama era Soeharto, mulai Imlek 1965 hingga 1998, tahun baru yang merupakan pesta penyambutan musim semi di Tiongkok dilarang. Akibatnya, semua kegiatan budaya etnis Tionghoa, dari ritual keagamaan hingga adat-istiadat, tidak boleh dilakukan di ranah publik, termasuk Imlek. Larangan itu tertuang dalam Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967. Jadi untuk orang yang sudah lanjut usia pada wajtu itu bisa jadi merupakan hal yang terakhir merasakan keramaian perayaan imlek
Pada masa dulu perayaan ulang tahun untuk anak-anak
selalu dilengkapi dengan telur rebus yang diberi warna
merah, telur yang melambangi awal kehidupan dan warna
merah menggambari keberuntungan.
Stemperl tanda tangan melengkapi kehidupan masyarakat
Tionghoa, seperti jaman dahulu kaisar-kaisarTiongkok
mempunyai cap/stempel Kerajaan. Merupakan kebanggan
tersendiri bagi yang punya stempel tanda tangan tersebut.
Sekitar tahun 2000 lewat Keputusan Presiden RI Nomor 6 Tahun 2000, Presiden Abdurrahman Wahid, mencabut inpres pelarangan budaya etnis Tionghoa. Megawati Soekarnoputri menindaklanjuti langkah Gus Dur dengan mengeluarkan Keppres Nomor 19 Tahun 2002, yang meresmikan Imlek sebagai hari libur nasional (Imlek resmi libur nasional mulai 2003). Jadi hampir satu generasi perayaan Imlek hanya dilakukan secara tertutup dalam lingkungan masyarakat Tionghoa.
Upacaran keagamaan masyarakat Tionghoa tidak lepas dari
pembakaran dupa atau pembakaran kertas dan sebagainya hal ini
merupakan bentuk persembahan. wangi dupa melambangkan,
wanginya perbuatan bajik yg mampu melawan arah angin.
Batu Giok atau Jade oleh masyarakat Tionghoa banyak
dipakai sebagai perhiasan. Batu ini juga ada yang dibuat
untuk keperluan furnitur.
dipakai sebagai perhiasan. Batu ini juga ada yang dibuat
untuk keperluan furnitur.
Foto dalam bentuk kartu pos yang menggambarkan
ramainya pesta perayan Pecun jaman dulu.
Perayaan cioko atau suka disebut sembahyang rebutan
perayaan ini ditujukan untuk memeberi persembahan bagi
roh-roh gentayangan yang tidak berkeluarga atau yang ditelantarkan oleh keluarganya
Wayang orang Cina diabadikan falam kartu pos keluaran Visser & Co
tahun 1905
Kartu pos bergambar tukang babi keliling
Upacara pemakaman adat Cina tradisional
keluarga yang berduka memakai baju yang terbuat dari bahan blacu
iringan ini bisa panjang tergantung perlengkapan upacara yang dibawa